PROSES PASTEURISASI PADA TAHAP PASCA PANEN
PROSES PASTEURISASI PADA TAHAP PASCA PANEN
Disusun Oleh:
|
Rizkyka Nurrohman
|
:
352014630916
|
|
Andi Ahmad Abdul Azis
|
:
352014630898
|
Dosen Pengampu :
Mahmudah Hamawi, S.P., M.P.
Program
Studi Agroteknologi
Fakultas
Sains Dan Teknologi
Universitas
Darussalam Gontor
Ponorogo
– Indonesia
2017
M/1438 H
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. PEMBAHASAN
Pengertian
Pasteurisasi
Metode pasteurisasi
Proses pasteurisasi
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan yang
menggunakan suhu rendah di bawah 100 oC. Pasteurisasi bertujuan untuk
menonaktifkan enzim-enzim dan memperpanjang daya simpan. Pasteurisasi dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu Low Temperature Long Time (LTLT) dengan suhu
63oC selama 30 menit dan High Temperature Short Time (HTST) dengan
suhu 72oC selama 15 detik. Pasteurisasi dilanjutkan dengan proses
pendinginan pada suhu 4 oC sehingga menambah daya simpan susu (Sabil, 2015).
Suhu tinggi diterapkan baik dalam pengawetan maupun
dalam pengolahan pangan. Memasak, menggoreng, memanggng, dan lain-lain adalah
cara-cara pengolahan yang menggunakan panas. Proses-proses tersebut membuat
makanan menjadi lebih lunak, lebih enak, dan lebih awet. Pemberian suhu tinggi
pada pengolahan dan pengawetan pangan didasarkan kepada kenyataan bahwa
pemberian panas yang cukup dapat membunuh sebagian besar mikroba dan
menginaktifkan enzim.
Selain itu makanan menjadi lebih aman karena
racun-racun tertentu rusak karena pemanasan, misalnya racun dari bakteri Clostridium botulinum. Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan bahan
pangan sampai suatu suhu tertentu untuk membunuh mikroba patogen atau penyebab
penyakit seperti bakteri penyebab penyakit TBC,disentri,diare,dan penyakit perutlainnya.
Pada pemakaian suhu tinggi, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan, yaitu;
1. Mikroba penyebab kebusukan dan yang
dapat membahayakan kesehatan manusia harus dimatikan.
2.
Panas
yang digunakan sedikit menurunkan nilai gizi makanan.
3. Faktor-faktor organoleptik misalnya
citarasa juga harus dipertahankan.
Dikenal beberapa tingkatan pemberian panas atau
proses termal yang umum dilakukan yaitu:
A. Blansing
B. Pasteurisasi
C. Sterilisasi
BAB II. PEMBAHASAN
Pengertian Pasteurisasi
Proses pemanasan dengan pasteurisasi diberi nama
dari nama ahli mikrobiologi Perancis, yaitu Louis Pasteur. Pada awalnya proses
ini dikembangkan sebagai upaya untuk mencari metode pengawetan minuman anggur
(wine). Pasteur menunjukkan bahwa proses pembusukan pada minuman anggur dapat
dicegah jika anggur tersebut dipanaskan pada suhu 60oC selama
beberapa waktu. Namun demikian, dalam perkembangannya, proses pasteurisasi
lebih banyak diaplikasikan untuk proses pengolahan susu.
Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses
pemanasan yang relatif cukup rendah (umumnya dilakukan pada suhu di bawah 100oC)
dengan tujuan untuk mengurangi populasi mikroorganisme pembusuk sehingga bahan
pangan yang dipasteurisasi tersebut akan mempunyai daya awet beberapa hari
(seperti produk susu pasteurisasi) sampai beberapa bulan (seperti produk sari
buah pasteurisasi).
Walaupun proses ini hanya mampu membunuh sebagian
populasi mikroorganisme, namun pasteurisasi ini sering diaplikasikan terutama
jika:
-
Dikhawatirkan
bahwa penggunaan panas yang lebih tinggi akan menyebabkan terjadinya kerusakan
mutu (misalnya pada susu).
-
Tujuan
utama proses pemanasan hanyalah untuk membunuh mikroorganisme patogen (penyebab
penyakit, misalnya pada susu) atau inaktivasi enzim-enzim yang dapat merusak
mutu (misalnya pada saribuah).
-
Diketahui
bahwa mikroorganisme penyebab kebusukan yang utama adalah mikroorganisme yang
sensitif terhadap panas (misalnya khamir/ragi pada sari buah)
Jika hal yang demikian terjadi maka akan digunakan
cara atau metode pengawetan lainnya yang dikombinasikan dengan proses
pasteurisasi, sehingga sisa mikroorganisme yang masih ada setelah proses
pasteurisasi dapat dikendalikan dengan metode pengawetan tersebut (misalnya
pasteurisasi dikombinasikan dengan pendinginan, pengemasan yang rapat tertutup,
penambahan gula dan/atau asam, dan lain-lain).
Secara umum tujuan utama pasteurisasi adalah untuk
memusnahkan sel-sel vegetatif dari mikroba patogen, pembentuk toksin dan
pembusuk. Beberapa mikroba yang dapat dimusnahkan dengan perlakuan pasteurisasi
adalah bakteri penyebab penyakit, seperti Mycobacterium tuberculosis (penyebab
penyakit TBC), Salmonella (penyebab kolera dan tifus) serta Shigella
dysenteriae (penyebab disentri). Di samping itu, pasteurisasi juga dapat
memusnahkan bakteri pembusuk yang tidak berspora, seperti Pseudomonas,
Achromobater, Lactobacillus, Leuconostoc, Proteus, Micrococcus dan Aerobacter
serta kapang dan khamir.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bawa proses
pasteurisasi secara umum dapat mengawetkan produk pangan dengan adanya
inaktivasi enzim dan pembunuhan mikroorganisme yang sensitif terhadap panas
(terutama khamir, kapang dan beberapa bakteri yang tidak membentuk spora),
tetapi hanya sedikit menyebabkan perubahan/penurunan mutu gizi dan
organoleptik. Keampuhan proses pemanasan dan peningkatan daya awet yang
dihasilkan dari proses pasteurisasi ini dipengaruhi oleh karakteristik bahan
pangan, terutama nilai pH. Kondisi dan tujuan pasteurisasi dari beberapa produk
pangan dapat berbeda-beda, tergantung dari pH produk.
Metode Pasteurisasi
Metode pasteurisasi yang umumnya di gunakan pada sat
ini ada dua,yaitu:
1. HTST/High Temperature Short Time, yaitu
pemanasan dengan suhu tinggi sekitar 75oC dalam waktu 15 detik,
menggunakan alat ysng disebut Heat Plate Exchanger.
2. UHT/Ultra High Temperature, yaitu
pemanasan dengan suhu tinggi 130oC selama hanya 0,5 detik saja, dan
pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi. Dalam proses ini semua mikroba mati, sehingga susunya biasanya disebut susu steril.
Proses Pasteurisasi
Proses
pasteurisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Pasteurisasi kontinyu dilakukan dengan menggunakan
pelat pemindah panas (plate heat exchanger). Proses berlangsung tanpa terputus:
bahan yang telah dipasteurisasi langsung dibawa ke tahap pendinginan dan
langsung dikemas. Cara kontinyu menggunakan suhu yang lebih tinggi dengan waktu
proses yang lebih singkat dibandingkan metode batch.
Pasteurisasi secara batch dilakukan dengan
memanaskan bahan pangan pada suhu dan waktu pasteurisasi tertentu, selanjutnya
dikemas dalam kemasan steril dengan teknik pengisian hot filling.
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari bebelapa
literatur, dapat di simpulkan bahwa:
ü Proses pemanasan dengan pasteurisasi
diberi nama dari nama ahli mikrobiologi Perancis, yaitu Louis Pasteur. Secara
umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif cukup
rendah (umumnya dilakukan pada suhu di bawah 100oC).
ü Metode pasteurisasi yang umumnya di
gunakan pada sat ini ada dua yaitu HTST/High Temperature Short Time, dan
UHT/Ultra High Temperature.
Proses pasteurisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan cara tidak
kontinyu (batch) dan kontinyu.
Saran
Dari hasil penyusunan tugas ini belum di ketahui
dengan jelas metode yang umumnya di gunakan pada proses pasteurisasi, oleh
karenanya penyusun berharap dapat mempraktekan metode ini, sehingga setelah
nantinya keluar di masyarakat kami dapat menerapkan proses ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sabil, Syahriana. 2015.
Pasteurisasi High Temperature Short Time (Htst) Susu Terhadap Listeria Monocytogenes Pada Penyimpanan Refrigerator. Skripsi Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Comments
Post a Comment