Makalah Fusi Protoplasma
Supervisor : Niken Trisnaningrum., S.P.,
M.Si.
Student : Andi Ahmad Abdul Azis
35.2014.6.3.0898
DEPARTMENT OF AGROTECHNOLOGY
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
UNIVERSITY OF DARUSSALAM GONTOR
PONOROGO
1438/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Isolasi Protoplas
2.2. Pemurnian protoplas dan penentuan densitas protoplas
2.3. Fusi Protoplas
2.4. Kultur Protoplas
2.5. Media Kultur
2.6. Regenerasi Tanaman
BAB III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
Teknologi perbanyakan secara in vitro secara luas telah digunakan
sebagai teknologi yang dapat melengkapi atau membantu pemuliaan tanaman secara
konvensional untuk pengembangan varietas tanaman. Teknologi tersebut membantu
pemulia tanaman dengan dua cara: (1) kultur embrio, ovul dan ovarium membantu
tercapainya tujuan pemuliaan secara konvensional,(2) pendekatan parasexual yang melibatkan protoplas
yang mengarah terciptanya genotipe, yang tidak dapat dicapai dengan pemuliaan
tanaman secara konvensional (Evans dan Bravo, 1983).
Protoplas merupakan bahan yang
dipilih sebagai bahan yang dapat kombinasikan dengan gen asing dari individu
yang lainnya dengan cara hibridisasi somatik. Tersedianya sistem regenerasi
protoplas menjadi tanaman sangat penting untuk manipulasi sifat tanaman.
Keberhasilan kultur protoplas dalam menghasilkan tanaman utuh dipengaruhi
beberapa faktor yaitu: genetik tanaman, jaringan yang digunakan sebagai sumber
protoplas, kemurnian enzim dan plasmolitikum, periode inkubasi, media kultur
dan zat pengatur tumbuh, kerapatan protoplas, metode kultur dan kondisi
lingkungan kultur (Bajaj, 1989).
Protoplas diperoleh secara enzimatik
dari jaringan tanaman melalui proses perenggangan ikatan sel dalam jaringan, pelepasan
sel-sel tunggal,kemudian dilanjutkan dengan hancurnya dinding sel dari sel-sel
tunggal tersebut sehingga yang tertinggal hanyalah protoplas. Tetapi dalam
beberapa kasus, viabilitas protoplas akan menurun selama proses isolasi secara
enzimatik tersebut (Ishii, 1989). Pada tanaman papaya isolasi protoplaspernah
dilakukan oleh Chen dan Chen (1992). Mereka menggunakan embrio globular sebagai
sumber protoplas. Enzim yang digunakan adalah 2.0% (w/v) Cellulase R-10, 0.2%
(w/v) Driselase dan 0.6% (w/v) Macerozyme R-10. Untuk
mendapatkan sumber eksplan tersebut, pertama kali yang harus dilakukan adalah menginduksi
embrio somatik dalam waktu yang relatif lama. Sumber protoplas lain yang dapat
digunakan adalah jaringan mesofil daun. Sel-sel mesofil tersebut lebih umum
digunakan karena mudah diperoleh.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Protopas diistilahakan sebagai sel
tanaman tampa dinding sel, karena dinding selnya telah dihilangkan baik secara
mekanik maupun secara enzimatik. Istilah protoplas pertaman kali diperkenalkan
oleh Hanstein (1880) yang menunjukkan zat hidup tampa dinding sel (Fahn, 1991).
Sel-sel tanaman saling di hubungkan
satu sama lain melalui plasmodesmata membentuk jaringan. Ketika di Isolasi
protoplas, di hasilkan suspense sel tunggal dari jaringan, Suspensi protoplas
terdapat sel tunggal, oleh karena itu dapat digunakan untuk mempelajari proses
fisiologi genetic dan biokimia, Selain itu juga digunakan untuk studi
mikrobiologi, membran sel, isolasi vacuola dari protoplas, organel sel, cloning
sel, dan fusi sel (Dodds dan Roberts, 1985).
Protoplas dapat digunakan sebagai
bahan manipulasi genetik dan perbaikan tanaman. Tanaman yang didapat dari
regenersi protoplas menunjukkan keragaman genetik yang tinggi. untuk
mendapatkan hibrida somatik (Narayaswamy, 1994). Trasformasi genetic tanaman
dapat dilalui melalui transfer DNA ke protoplas (Dodds, 1985).
2.1. Isolasi Protoplas
Metode Isolasi
Protoplas adalah sel yang
dihilangkan dinding selnya. Dinding sel dapat dihilangkan/dihancurkan secara
mekanik dan enzimatik. Isolasi secara mekanik pertama kali dilakukan pada tahun
1882. Jaringan tanaman dipotong dengan protoplas.
Pemilihan enzim yang digunakan untuk
isolasi protoplas berkaitan erat dengan struktur dari dinding sel yang menyusun
sel tumbuhan itu. Dinding sel tumbuhan dikotil terdiri atas 3 lapisan yakni
lamela tengah, dinding primer dan dinding skunder. Lamela tengah tersusun atas
pectin, dinding primer tersusun atas selulosa, hemiselulosa, protein dan air.
Dan dinding skunder tersusun atas selulosa, lignin. Selulosa merupakan polimer
linier dari glukosa dengan ikatan β-1,4. Di dalam dinding sel, selulosa dalam
bentuk mikropibril yang diselubungi siloglukan. Mikropibril satu dengan yang
lain di hubungkan oleh pectin. Pektin didalam dinding sel ada 2 macam yaitu
pectin netral dan asam pectin. Kandungan dasar pectin adalah asam
poligalakturonat (PGA) yaitu asam (1-4) β-D galakturonat homopolimer berbentuk
heliks dan ramnogalakturonat yaitu asam (1-2) β-D ramnosa (1-4) α-D
galakturonat heteropolimer. Selulase berfungsi menghidrolisis subtrat helulose.
Masarozim berfungsi memotong ikatan α asam galakturonat. Disamping itu
masarozim berfungsi melarutkan lamella tengah sehingga memisahkan sel dari
jaringan (Evan dan Bravo, 1983). Narayaraswamy, 1994 meyantakan selulose
dipakai pada kisaran antara 0,2-2 % dan mesorozim yang kaya pektinase digunakan
pada kisaran antara 0,1-2%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kuantitas dan kualitas protoplas yang diperoleh adalah komposisi dan
konsentrasi enzim, PH, intensitas cahaya, suhu, waktu inkubasi, konsentrasi
osmotikum dan zat-zat kimia (Evan dan Bravo, 1983). Komposisi dan konsentrasi
enzim tergantung pada spesies tanaman dan sumber jaringan untuk menghsilkan
protoplas. Pada berbagai tanaman, selulosa dan maserozim umumnya banyak
digunakan (Bojwani dan Rasdan, 1983). Aktifitas enzin ditentikan oleh PH yang
digunakan dan PH larutan enzim adalah 4,6-6. Suhu yang digunakan untuk inkubasi
jaringan dalam larutan enzim selama semalam umumnya adalah sekitar 25-30oC.
2.2. Pemurnian protoplas dan penentuan densitas protoplas
Powke dan Constabel (1985)
mengemukakan bahwa protoplas dimurnikan melalui filtrasi, sentrifugasi dan
pencucian. Protoplas dalam larutan enzim disaring melalui saringan stsinles
steel (50-100 µm), ditambahi larutan sukrosa, (15-21 %). Protoplas akan
mengapung diatas larutan sukrosa setelah disentrifugasi 100xg selama 7-10
menit. Pencucian dilakukan dengan mensuspensi protoplas dalam larutan osmotk
yakni monitol, sorbitol atau garam-garam. Pencucian dilakukan 3 kali. Penentuan
densitas protoplas diukur dengan haemositometer. Densitas optimum tembakau
berkisar berkisar 5x104 protoplas ml (Narayaswamy, 1994).
2.3. Fusi Protoplas
Protoplas dapat berfusi secara
spontan selama isolasi atau pada kondisi khusus. Selama isolasi, fusi spontan
dapat terjadi diantara 2 atau lebih protoplas yang berdekatan. Proses ini
terjadi ketika plasmodesmata antara 2 protoplas berdekatan yang berdekatan
memanjang dan menghasilkan pengabungan material sitoplasmik dan nucleus menjadi
satu unit (Evans, 1983).
Fusi protoplas dari sumber yang
berbeda jarang terjadi secara spontan dan harus diinduksi dengan beberapa
perlakuan untuk menghasilkan kontak diantara protoplas yang berdekatan. Jika
protoplas yang difusikan dari tanaman yang berbeda, hasil fusi akan mengandung
materi seluler yang berasal dari dua sumber berbeda yang disebut hibrida. Pada
kondisi yang cocok, regenerasi tanaman dapat terjadi untuk mengasilkan hibrida
somatic (Dodds dan Robert, 1985).
Variabilitas yang dihasilkan dari
peristiwa fusi lebih tinggi bila dibandingkan dengan persilangan seksual.
Menurut Evans (1983), variabilitas terjadi disebabkan oleh antara lain: 1).
Ketidak stabilan kombinasi inti sel yang menyebabkan hilangnya beberapa
inpormasi genetic, 2). Terjadinya segresi inti dan sithoplasma yang
menghasilkan suatu kombinasi yang unik antara kombinasi inpomasi genetic pada
inti dan sithoplasma. Sel hybrid dari spesies yang berkerabat jauh umumnya
tidak dapat diregenerasikan. Hasil fusi protoplas menghasilkan campuran antara
sel-sel tetua, fusan yang homokarion dan heterokarion (hybrid). Fusi yang
homokarion diharapkan dari peristiwa fusi protoplas.Sebanyak 30-40% fusan
heterokarion mengandung satu inti dari salah satu tetua, namun dapat juga multi
inti. Dalam beberapa kasus, fusi ganda menjadi metode penting untuk
menghasilkan jumlah kromosom yang besar. Fusi dapat diinduksi dengan beberapa
cara antara lain dengan NaNO3, asam lemak, ion kalsium dan PH tinggi
dekstran sulfat, polipenil alcohol, NVA), polietilen glikol (PEG) dan induksi
fusi dengan arus listrik. Salah satu metode fusi yang mempunyai keberhasilan
tinggi adalah penambahan polietilen glikol (PEG) pada campuran protoplas.
Proses fusi diawali dengan aglutinasi protoplas tanaman oleh PEG. Aglutimasi
akan terjadi jika PEG yang mempunyai berat molekul molekul tinggi (600-8000) pada
konsentrasi 25-30 % ditambahkan pada suspense protoplas. Polietilen gikol (HOCH2
(CH2-O-CH2)nCH2OH) adalah bahan kimia yang larut dalam
air. PEG dalam air mempunyai sedikit muatan negative dan mampu membentuk ikatan
hydrogen dengan membrane plasma pada protoplasma. PEG berpungsi sebagai
jembatan antara dua protoplas yang menyebabkan agregasi. Agregasi
meningkat dengan pemberian CA2+, karena
adanya CA2+ akan membentuk jembatan
antara membrane dan PEG. Protoplas akan berfusi setelah dilakukan pencucian
protoplas dengan larutan pencuci (Powke dan Constabel, 1985).
2.4. Kultur Protoplas
Fenomena sel-sel tanaman bersifat
totipotensi, yaitu kemampuan untuk bergenerasi secara utuh, membuat kultur
protoplas menjadi mungkin. Langkah pertama dalam kultur protoplas adalah
regenerasi dinding sel sekitar protoplas. Ketika dinding sel terbentuk,
pembelahan sel harus diidukasi dalam sel baru. Setelah terjadi pembelahan sel,
selanjutnya akan terjadi pembelahan sel kecil yang dapat diamati secara kasab
mata (Evans dan Baravo, 1983).
Pengunaan media cair dalam cawan
petri untuk menumbuhkan protoplas umumnya digunakan umumnya pada berbagai
tanaman. Dengan metode ini protoplas dapat disuspensi dalam medium cair dengan
densitas protoplas yang rendah dan ditutupi paraffin yang bertujuan untuk
mengurangi air. Dalam media cair pertumbuhan protoplas lebih baik dan
memudahkan pergantian media. Keuntungan media cair adalah osmolaritas medium
kultur relative tetap, regenerasi sel yang cukup tinggi dan dengan densitas
protoplas yang rendah tetap memungkinkan untuk pertumbuhan (Fowke dan Constabel
1985).
Faktor yang mempengaruhi pembelahan
sel meliputi: Genotif tanaman, medium kultur, lingkungan kultur dan jaringan
yang digunakan untuk isolasi protoplas (Evans dan Baravo, 1983). Laju
regenerasi dinding sel bergantung pada jenis tanaman dan sumber material untuk
isolasi protoplas. Sel mesifil Nicotiana,
Petunia, Dutura dan Brassica mengalami pembentukan pembentukan dinding sel
baru sangat cepat, dan dalam 24 jam bentuk spiral dari protoplas
berobah menjadi bentuk oral. Dan protoplas dari daun sereal dan legumes
menbentuk dinding sel dalam 4 hari. Disamping itu factor genetic dapat
mempengaruhi pembentukan didinding sel. Penambahan 2,4 D dan Ziatin juga
penting untuk mengatur pembelahan sel (Evans dan Baravo, 1983).
2.5. Media Kultur
Media dasar yang digunakan untuk
kultur protoplas sama seperti yang digunakan untuk kultur sel. Media yang biasa
digunakan dimodifikasi untuk menjaga agar suspensi protoplas agar tetap hidup
dan dan dapat membentuk koloni sel. Kebanyakan pembentukan media kultur
kloroplas dibagi dua katagori yaitu media biasa dan media kultur komplek. Media
biasa didefinisikan sebagai media yang teridiri dari unsur hara mikro dan makro
ditambahkan dengan beberapa vitamin. Sedangkan media kultur komplek
didefinisikan media yang terdiri dari unsure hara mikro dan makro, vitamin,
bahan organic yang lebih komplek bila disbanding media biasa. Media dasar G5
(Gamborg et ol.,1968) dikatagorikan media biasa sementara KM (Kao dan Michayluck,
1975) dikatagorikan dalam media kultur komplek. Media kultur dapat pula
diperkaya dengan penambahan air kelapa muda, kasein hidrolisat atau ekstra
ragi. Bahan organic dan anorganik diperlukan dalam media kultur. Sejumlah
protoplas tumbuh lebih baik dalam media dengan kandungan nitrat dan kalsium
rendah. Beberapa studi mendapatkan amonium nitrat dan kalsium bermanfaat untuk
regenerasi protoplas. Bahan organic sukrosa dan gukosa merupakan kelompok
karbohidrat yang digunakan dalam media kultur. Glukosa berfungsi sebagai
osmotikum dan sumber karbon. Karbohidrat lain seseperti mannose, fruktosa,
ribose, silose, rhamnose, sellobiose, berperan dalam pembentukan dinding sel
seperti hemiselullosa dan pectin. Asam organic seperti asam
sitrat, asam malat, dan fumarat mendorong pertumbuhan protoplas (Fowke dan
Constabel 1985).
2.6. Regenerasi Tanaman
Regenerasi tanaman dari sel atau
protoplas dapat terjadi melalui 2 jalur yakni organogenesis dan embryogenesis
somatic. Organogenesis didefinisikan transformasi sel tunggal, kalus atau
jaringan menjadi struktur organ (Pardan et ol,. 1975). Embriogenesis somatic
dapat terjadi secara tidak langsung (dari kalus) atau langsung (tampa melalui
fase kalus) Embrio somatic mengalami tahap perkembangan yang sama dengan embrio
biji yakni bentuk glubolar, hati dan torpedo sehingga terbentuk tanaman utuh.
Kemampuan untuk berbagai hormon dapat mempengaruhi arah morfogenesis Dengan
modifikasi medium kultur memungkinkan untuk menumbuhkan protoplas untuk
membentuk kalus (Dodds, 1985).
Regenerasi protoplas telah berhasil
dilakukan dari eksplan yang berasal kalus, suspensi sel, tunas daun dan petal.
Metode regenerasi bergantung pada spesies dan jarinagan. Dalam beberapa kasus
konsentrasi auksin dibutuhkan lebih tinggi dari sitokinin (Evans dan Baravo,
1983).
Wei dan Xu (1988) yang telah
berhasil meregenerasi tanaman dari protoplas kedelai, 86 tanaman berhasil
diregenersi dari 6 kultivar Glicine max (L). Regenerasi kalus untuk untuk membentuk
tunas dapat diinkubasi dalam medium M S (Murashige dan Skoog , 1962) dengan
penambahan vitamin B5. Pembentukan tunas dapat ditingkatkan sampai 34,60
% bila medium tersebut diberi 0,5 ml/I B A, kinetin, ziatin kombinasi dengan
500 mg/l kasein hidrolisat. Tunas yang terbentuk setelah
umur 10-15 hari dilakukan pada medium 1/5 M S+0,2 mg/l I B A untuk menghasilkan
pantlet.
Dhir et.al.,(1991) memodifikasi perlakuan zat pengatur tumbuh seperti
yang telah dilakukan Wei dan Xu (1988). Pembentukan tunas dari kalus
frekuensinya sekitat +30 % ditingkatkan dengan penambahan glutamin,
asparagin dan GA3, selanjutnya dilakukan pemindahan ke 1/5 MS + 0,01
mg/l thidiazuron + 1,5 mg/l GA3. Pembentukan akar terjadi pada
medium 1/5 MS + 1 % sukrosa + 0,2 mg/l I B A atau 0,5 mg/l N A A dan
menghasilkan 26 tanaman.
BAB III. KESIMPULAN
1. Protopas
diistilahakan sebagai sel tanaman tampa dinding sel, karena dinding selnya
telah dihilangkan baik secara mekanik maupun secara enzimatik. Istilah
protoplas pertaman kali diperkenalkan oleh Hanstein (1880) yang menunjukkan zat
hidup tampa dinding sel (Fahn, 1991).
2. Protoplas
dapat digunakan sebagai bahan manipulasi genetik dan perbaikan tanaman. Tanaman
yang didapat dari regenersi protoplas menunjukkan keragaman genetik yang
tinggi.
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas protoplas yang diperoleh adalah
komposisi dan konsentrasi enzim, PH, intensitas cahaya, suhu, waktu inkubasi,
konsentrasi osmotikum dan zat-zat kimia (Evan dan Bravo, 1983).
4. Protoplas
dapat berfusi secara spontan selama isolasi atau pada kondisi khusus. Selama
isolasi, fusi spontan dapat terjadi diantara 2 atau lebih protoplas yang
berdekatan.
5. Faktor
yang mempengaruhi pembelahan sel meliputi: Genotif tanaman, medium kultur,
lingkungan kultur dan jaringan yang digunakan untuk isolasi protoplas.
6. Regenerasi
tanaman dari sel atau protoplas dapat terjadi melalui 2 jalur yakni organogenesis
dan embryogenesis somatik.
DAFTAR PUSTAKA
Balai
Penelitian Tanaman Buah Solok, 2008. Isolasi dan Purifikasi Protoplas
dari Mesofil Daun Pepaya yangBerasl Dari Kultur In Vitro.
Dodds,
JH. 1985. Plant Genetyc Engeneritng Combridge. Combridge Universiry Prees.
Evans
DA, Bavo JE. 1983. Protoplas Isolation culture. In evans DA, Sarp WR, Ammirato
PV, Yamaha Y, eds Hadsbook of flan cell culture. Vol 1. New York. Macmillan:
Publising Company.
Fahr,
A. 1991. Anatomi Tumbuhan (Terjemahan) Ed-3. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press.
Rahmawati
Lina. 2004.Usaha Pembentukan Hibrida Somatik Dari Protoplasma Kedelei Budidaya Glycine max (L) Meril dan Kerabat
Liarnya Glycine tometella Hayata.
Comments
Post a Comment